Teori Rasionalitas Berbatas


Disajikan Dr Jan Hoesada, KSAP.

PENDAHULUAN

Pada tataran akuntansi pasar modal, Teori Rasionalitas Berbatas menggambarkan reaksi jenis investor nan lambat atau lemah. Pada saat pengumuman laba neto meningkat, sebagian investor makin waspada risiko, dan  bereaksi tidak serta merta terhadap info kenaikan laba neto (bounded rationality, Simon, 1955) atau underreaction terhadap informasi akuntansi (CKL, 2013) sebagai  fenomena lazim terjadi : Harga bereaksi terhadap informasi, dengan jeda/tenggangwaktu (delay). CKL menemukan bahwa jeda/ tenggang waktu (delay) panjang untuk info kabar baik, delay makin pendek apabila kualitas akuntansi makin tinggi. Secara umum, disimpulkan bahwa investor butuh jeda waktu untuk tafsir pengumuman laba neto, terutama apabila entitas membuat/memublikasi  pula ramalan laba neto yang akan datang yang bereputasi handal terpercaya. Penurunan PAD disebabkan ramalan kredibel digunakan sebagai pemecah tabir ketidak pastian masa depan laba neto (konsisten dengan Zhang, 2012 dan Zhang,September 2008).

Rasionalitas berbatas (bounded rationality) adalah kenyataan sehari hari kehidupan manusia. Sistem kognitif bekerja dengan baik dengan bahan-baku terbatas (mis.sampel terbatas), berbasis teori pertaruhan (game theory),  prediksi masa depan dapat dilakukan secara tepat berbasis satu atau dua informasi saja. Analisis Rasional berhubungan Teori Rasionalitas Berbatas (bounded rationality) berada dalam ranah studi ingatan atau memori (Anderson & Schooler 1991), di mana proses pelupaan (pelepasan informasi tak berharga dari ingatan) merupakan bagian proses seleksi dan penyimpanan informasi berharga (relevan) bagi masa depan individu tersebut (Marr 1982; Anderson 1991; Oaksford & Chater 1994; Palmer 1999)

Berbagai keputusan umat manusia pada umumnya bersifat heuristis, dengan data tersedia seadanya saja. Salah satu penyebab rasionalitas berbatas, adalah kecenderungan mengambil keputusan berhampiran praktis dan (ingin) cepat, menyebabkan pemendekan (short cut) proses pengambilan keputusan. Para penyusun SAK menggunakan azas rasionalitas pengungkapan paripurna berbatas azas materialitas dan azas keekonomian ber LK. Penyusunan suatu SAK ideal berbatas kepraktisan penerapan dan rasionalitas prosedural (due process).

Teori Rasionalitas Berbatas berbasis teori analisis rasional, berdasar teori pembingkaian (Framing Theory), teori belajar (Learning Theory) dan teori (berbatas) akumulasi pengetahuan (Prospect Theory), terkait Teori Kegunaan Diharapkan (Expected Utility Theory), teori keagenan (Agency Theory) dan Boundedly Rational Agents, terkait hipotesis kegunaan diharapkan (Expected Utility Hypothesis) versi Bernoulli (1738) menyatakan bahwa agen cenderung memaksimalisasi utilitas (maslahat) diharapkan (maximize expected utility) berdasar azas timbal-balik (reciprocality), azas biaya-maslahat (cost-benefit), teori adaptasi aspirasi (aspiration adaption theory), utility theory & marginal utility theory.

Makalah berjudul Bounded rationality, diunggah pada https://en.wikipedia.org/wiki/Bounded _rationality oleh Wikipedia, menyatakan berbagai hal sbb :

Rasionalitas berbatas adalah gagasan bahwa nalar dibatasi kemampuan pengumpulan input,  kemampuan kognitif pikiran (mind), batas waktu pengambilan keputusan, sebagai faktor pemuas hasil-keputusan, tidak memburu keputusan berkualitas optimal.

Pada tataran  ilmu matematika, Herbert A. Simon menyatakan rasionalitas berbatas sebagai sebuah pemodelan pengambilan keputusan, misalnya penggunaan hampiran optimalisasi hasil (misalnya model versi Lagrance) atau goal programming.

WACANA

Simon 1957b: 198;  Klaes & Sent 2005 menyatakan, teori rasionalitas berbatas terkait teori heuristis, dijelaskan 18 aspek di bawah ini.

Pertama, Manusia Tak Sepenuhnya Rasional. Herbert A. Simon dalam karya berjudul Models of Man, menyatakan bahwa individu manusia tak mungkin sepenuhnya rasional, berbagai aksi dipengaruhi faktor-faktor irasional dalam otak individu tersebut. Kedua, pada makalah lain, pakar tersebut menyatakan bahwa berbagai agen rasional berbatas (boundedly rational agents) menghadapi keterbatasan informasi dan pengalaman dalam memecahkan masalah rumit. Pengalaman sukses penerapan suatu metode, kebijakan, sistem atau hampiran (approach) secara mental membatasi pilihan cara lain yang bersifat coba-coba.

Kedua, Rasionalitas Berbatas Kepraktisan Heuristis (Heuristic Bounded Rationality). Berbagai pakar memperluas pemodelan Rasionalitas Berbatas (Bounded Rationality), antara lain Ariel Rubinstein  mencipta prosedur pengambilan keputusan nan-spesifik, Gerd Gigerenzer membuat sarana optimalisasi keputusan bagi manusia tuna-optimalisasi berbasis model heuristis alih-laih menggunakan pemodelan optimalisasi, Huw Dixon menyarankan upaya mendekati kondisi optimum melalui epsilon-optimizationEdward Tsang mengunggulkan computational intelligencediatas metode algoritma dan metode heuristis, Tshilidzi Marwala and Evan Hurwitz  meredefinisi Rasionalitas Berbatas dalam Revolusi 4.0 makin berbasis hukum Moore, intelegensi aritifisial dan Big Data. Jaringan sosial umumnya, media sosial khususnya, mengubah konsep Rasionalitas Berbatas, Kasthurirathna dan Piraveenan menemukan perluasan basis keputusan karena kemudahan akses pada informasi mudah pakai dari dunia maya.

Selengkapnya…