Bagaimana kondisi di penjara sepanjang 7 tahun, tanya para wartawan kepada Bram Temaram – politikus itu. Agak membosankan, jawab Bram temaram; pukul 7 pagi kita bangun dan senam pagi – boleh tidak ikutan –, mandi dan makan pagi pukul 8 – menu daging kelas satu, telur, pasta, bubur ayam dan sayuran segar sehat, siraman rohani oleh para seleb terkenal pukul 9 selalu segar, lucu menyentuh hati terdalam, pukul 10 rehat sebentar atau masuk perpustakaan untuk membaca apa saja, termasuk buku-buku dilarang beredar, pukul 11 ada acara main musik bersama atau baca puisi, pukul 12 sembahyang dan makan siang itu-itu lagi – ya lobster, T bone,Tuna, biji-bijian Hazelnut atau semacamnya, sayur-sayuran brocolli atau semacamnya – sampai kita merindukan pecel, gado-gado atau rujak, Istirahat tidur siang pukul 13 sampai dengan pukul 14, lalu nonton film terpilih dan kelas Oscar, stand up comedy, ludruk istimewa boleh pilih sampai pukul 16, lalu acara olah raga apa saja tersedia dengan para dokter pembentuk tubuh dan pelatih terbaik, pukul 17 adalah mandi dan berganti busana untuk acara minum teh atau kopi atau apa saja dengan penghuni penjara sebelah – itu lho penjara politik bagi wanita, ngobrol dan dansa, lalu makan malam pukul 19 tepat, lalu acara musik dan suka hati pada pukul 20 sampai pukul 22, lalu kita kembali ke sel kami dikurung berupa sebuah ruang berkarpet, ber TV, ber AC sebagai layaknya hotel bintang lima.
Kelompok wartawan terkesima, bangkit heran dan menyatakan tidak percaya; mengapa pernyataan Bapak berkebalikan dengan Bapak Jati Bening dan Bapak Ruh Kadaluwarsa? Mereka menyatakan makanan setara sampah, tempat tidur dan kondisi sel amat buruk, kerja rodi sepanjang hari di bawah terik matahari, banyak didera pukulan dan tidak ada pengobatan atau hiburan apapun sepanjang 10 tahun.
Itulah kebohongan politik, sahut Bram Temaram dengan bijak. Untuk kebohongan itu, mereka ditangkap dipenjara kembalikan?