STRATEGI PEMBUATAN MEREK DALAM PEMERINTAHAN NKRI DAN BUMN


Dr. Jan Hoesada

Pendahuluan

NKRI Original Brand, disajikan sebagai makalah penyegar, pembangkit eforia  rekacipta  merek dalam pemerintahan NKRI.

Latar belakang makalah adalah  persaingan antar merek makin ketat, dan tertengarai bahwa mulai terjadi upaya beberapa merek lokal yang berupaya go global. Makalah dilatarbelakangi  pula strategi pilihan gambar pahlawan pada uang kartal yang baru.

Wacana

Agar memudahkan, sebagai contoh, makalah mengangkat strategi merek dunia perbankan. Dari 20 living legend  brand 2016, terdapat beberapa bank pelat merah seperti BRI, BNI,  dan Bank Jatim. Pada katagori Bank umum/Non Syariah  dengan merek Bank Mandiri, BCA dan BNI mempunyai local brand competitive level tertinggi, diikuti katagori bank syariah dengan merek BRI Syariah, Syariah Mandiri dan BNI Syariah sebagai local brand competitive level tertinggi bidang perbankan syariah. Katagori e-money dimenangi oleh Mandiri e-cash, Brizzi dan BCA Flazz. Tidak terdapat nama pelaku IJK dalam jajaran Top 10 merek lokal dengan local brand competitive level, Top 10 dengan loyalty index tertinggi, Top 10 dengan merek dengan satisfaction index tertinggi. Bank daerah masuk pada rangking kedua pada Top 10 industri dengan local brand competitive level, rangking pertama pada Top 10 sektor industri dengan job index tertinggi. Terdapat Bank Jatim dalam urutan pertama Top 10 Merek dengan advocacy index tertinggi.

BRI Syariah menjadi juara baru menggeser Bank Muamalat antara lain dengan

  • Pengembangan produk dan merek baru seperti Pembiayaan Rekening Koran Syariah, Musyarakah, Muttanaqisah, Branchless Banking, e-commerce, dan Software Mini Banking Syariah.
  • Mengubah BRI Syariah sebagai penyalur KUR.
  • Kodifikasi produk bank syariah.
  • Promosi pemasaran berbasis digital cq media sosial.

Merek dirancang berdasar target pasar, misalnya pasar anak muda, pasar gender wanita, pasar pengusaha dan lain lain.

Produk dan merek IJK berbasis digital naik daun, makin digemari berbagai kalangan. Grup MJBN adalah komunitas ibu-ibu antar jemput anak sekolah, berkegiatan antara lain jual beli saham pasar modal. Grup MJBN para ibu tersebut adalah singkatan  Makan, Jalan, Belanja dan Narsis. permainan saham atau online trading  dengan ponsel atau note book pada umumnya berportofolio pada lapis kedua,  berdividen pay out ratio memuaskan atau saham unggulan, dipilih berdasar laba (profit) berpulangan tertentu (mis. Ada yang 5-10 %, ada pula bertarget 15 % pertahun), target cut loss tertentu (mis. 5%), menggunakan analisis teknis tertentu dan bottom up analysis (analisis makro ekonomi), sebagian memilih basis trading mingguan ketimbang harian untuk menghindari kewaspadaan terhadap fluktuasi harga dan stress berlebih. Portofolio saham dibatasi, misalnya 5 sampai (skala cerdas, cepat dan akhli) 10 saham fundamental berkualitas kinclong, berlikuiditas tokcer, agar pemantauan gerakan harga masih dalam kendali, dengan persentase diantara 10 sampai 30 % berbentuk saham. Persiapan investasi para Ibu tersebut dilakukan malam hari setelah suami dan anak anak tertidur, untuk aksi investasi besok pagi.

Penutup

Pengembangan produk/jasa pemerintahan perlu dibina secara khusus, kreativitas merek bagi pemerintahan jangan sebatas penamaan baru  produk produk lama, penamaan nan nyinyir dan narsis,  merek dicipta tidak berbasis riset persepsi psikologis pasar terhadap merek, simbol dan warna.

Perguruan Tinggi unggulan bidang keuangan dan manajemen umumnya, berbagai mata kuliah pemasaran khususnya harus dilengkapi dengan mata kuliah Product Development.

Pembuatan merek produk/jasa pemerintahan NKRI berselera ASEAN atau global  disarankan. Tertengarai bahwa berbagai sarana publik, jalan raya,  pelabuhan, bandara dan pusat wisata menampilkan daya tarik karena pilihan nama nan tepat. Hampir 40 % pulau pulau NKRI belum diberi nama. Makalah menyarankan upaya perbaikan tampilan fisik, layanan, fasilitas, penggantian nama dan citra, bagi produk/jasa dan sarana pemerintahan yang kurang “menjual”.

Penyingkatan produk serupa Simpedes, penciptaan berbagai  istilah “genit “ berbau “taman-kanak-kanak”, tidak disarankan. Pembentukan citra produk dengan berbagai  promosi pemasaran sosial dengan istilah konotatif seperti “ diterawang”, “diraba”  dst nya sebaiknya dijauhi, untuk membangun citra dan watak bangsa nan mulia.