MALU 2


Adi Rohadi melamar sebagai karyawan KPK, lulus segala uji kepatutan dan kelayakan calon karyawan, memasuki tahap wawancara. Pewawancara – seorang psikolog – bertanya, apa pekerjaan ayah Adi Rohadi. Adi menjelaskan bahwa ayahnya adalah sekuriti rumah judi, dan juru wawancara kita meminta ayah Adi di ajak datang untuk wawancara lanjutan. Pada skedul wawancara lanjutan, hadir Adi dengan seorang bergaya bangasawan, busana  dan asesoris amat mewah, wajah berkilauan, tubuh tambun makmur dan perut buncit. Tatkala diwawancarai, sang ayah menjelaskan bahwa ia adalah pejabat negara sebuah departemen strategis, paling sibuk dan  padat anggaran. Tatkala ditanya, mengapa Adi menyebutnya sebagai sekuriti rumah judi, sang ayah berdehem, mengelus punggung Adi dengan kasih sayang, dan menjawab pertanyaan tersebut sebagai berikut : Sering pula ia menyebut diri saya sebagai penjaga rumah bordil. Hari ini saya mendapat jabatan lebih baik, sebagai sekuriti rumah judi. Harap di maafkan, anak saya pemalu.

 

MALU 3

Pasar Seribu – seorang berjiwa demokrat – adalah kader terbaik Partai Anomali, tiba tiba mengundurkan diri sebagai anggota partai. Pimpinan partai memanggil dan bertanya kepada Pasar Seribu, mengapa ingin hengkang dari partai. Bukankah kepolisian ditangan kita, kejaksaan ditangan kita, pengadilan negeri ditangan kita, serikat buruh, serikat preman dan masih banyak lagi. Inilah partai terkuat yang tak mungkin ada lagi dalam sejarah politik apapun. Ya, itulah sebabnya, jawab Pasar Seribu.